HomeKHASANAHHEADLINE_KHASANAH

Tukang Sate Jadi Pengusaha Sukses: Merantau Pakai Kereta, Mudik Pakai Mercy Coupe

LBJ – Kisah sukses seringkali dimulai dari langkah kecil yang penuh perjuangan. Hal ini juga berlaku bagi Halili, seorang pemuda perantau dari Sam

Cuaca DKI Jakarta Hari Ini: Hujan Ringan hingga Hujan Petir
Ucapan Bela Sungkawa Berdatangan ke Kedutaan Besar Iran
Dishub Jaksel Tertibkan 112 Jukir Liar, Optimalkan Layanan Parkir
Halili-di-bukit-Jalil-Madura-dengan-Mercy-

Halili berawal dari tukang sate kaki lima kini menjadi CEO empat perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia dengan Mercy koleksinya.(Foto:Halili)

LBJ – Kisah sukses seringkali dimulai dari langkah kecil yang penuh perjuangan. Hal ini juga berlaku bagi Halili, seorang pemuda perantau dari Sampang, Madura, yang berjualan sate kaki lima di Ibukota. Kini menjadi pengusaha sukses, memiliki empat perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia.

Bertemu di salah satu kantornya di Menara Sun Life, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Halili berbagi kisah tentang suka duka  perjalanan hidupnya dari penjual sate kaki lima hingga menjadi Chief Executive Officer (CEO) di empat perusahaan penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) miliknya yang menggurita di Indonesia.

Baca juga : Peluang Kaesang di Pilkada Jakarta 2024 Terbuka Setelah MA Ubah Batas Usia

Awal Perjalanan Halili

Setahun setelah lulus dari Madrasah Aliyah Hidayatus Salafiyah di Sampang pada tahun 1995, Halili nekat merantau ke Jakarta dengan menggunakan kereta ekonomi. “Lulus sekolah dari Madrasah Aliyah Hidayatus Salafiyah di Sampang tahun 1996 langsung ke Jakarta. Terus ya ke Jakarta? Iya naik kereta ekonomi pertama kali itu tuh singgah. Langsung ke tempat saudara,” kenangnya. Setibanya di Jakarta, Halili tinggal bersama keluarganya yang menjual sate Madura di Jelambar, Jakarta Barat.

Selama enam bulan, Halili membantu keluarga berjualan sate. Namun, kesempatan untuk terjun ke bisnis penempatan pekerja migran datang ketika ia mulai mengenal beberapa teman yang berkecimpung di bidang tersebut. Meskipun awalnya hanya sebagai tukang fotokopi tanpa bayaran, ia terus belajar dan memperdalam pengetahuannya tentang bisnis ini.

“Jadi saya di semua level waktu itu di tahun 1999 ya mulai dari proses pembuatan apa yang dimulai paling rendah sekali itu ya. Jadi tukang fotokopi terus naik lagi, kalau ada tiket mau difotokopi berkas mau difotokopi saya itu bagiannya,” kenang Halili.

Baca juga : Aksi Solidaritas Anggota Parlemen Italia untuk Palestina

Nekat Bisnis Ilegal

Setelah merasa mengerti akan alur bisnis penempatan pekerja migran, pada tahun 2002 Halili nekat memberanikan diri untuk terjun bisnis langsung menempatkan pekerja migran, tapi secara ilegal karena keterbatasan modal dan akses. “Begitu saya ini semua proses penempatan itu paham betul, baru saya mau langsung nekat melakukan apa, menempatkan sendiri gitu. Dengan tanpa PT bisa, coba di zaman dulu masih bisa,” ujar Halili.

Halili mengaku tidak ada pilihan lain saat itu selain menjalankan bisnisnya secara Ilegal. Karena ia tidak punya modal untuk mendapatkan legalitas perusahaan dalam bentuk Perseron Terbatas (P.T).”Karena waktu itu kalau mau urus secara resmi bisa dengan “bendera “ (PT-red) tapi rata rata karena kita dianggap masih pemain baru. Banyak yang nggak mau kasih juga pinjam bendera gitu loh,”ujar Halili.

Saat itu Halili secara illegal mengirim sejumlah pekerja migran Indonesia ke negara tetangga Malaysia. Dimana PMI yang bekerja di Malaysia merupakan pekerja di bidang konstruksi bangunan.

Baca juga : Skandal 109 Ton Emas Palsu: Kejaksaan Agung Tetapkan 6 General Manager PT Antam sebagai Tersangka

Sukses Membangun Bisnis Legal

Setelah lebih dari lima tahun, pada tahun 2008 Halili berhasil mengumpulkan cukup modal untuk menyewa sebuah kantor di kawasan Kranggan, Bekasi, Jawa Barat. Tapi saat itu modal masih belum cukup untuk mendirikan sebuah PT.

Beruntung kali ini dia dipercaya dipinjamkan izin perusahaannya oleh salah seorang  rekan bisnisnya di Surabaya. Tapi dengan tekad Halili  yang sudah bulat dan penuh perjuangan ingin bisnis dengan resmi dan legal, hanya dalam waktu dua tahun, Halili akhirnya bisa memiliki sebuah perusahaan pertamanya.

Pada tahun 2010 Halili mengambil alih sebuah perusahaan bernama PT Ipwikon Jasindo.

Kemudian usahanya berkembang pesat, dan hingga kini Halili menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) empat buah perusahaan yang tersebar di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Bisnis penempatan PMI miliknya tersebar mulai dari provinsi Aceh, Bali, Sulawesi Utara , NTT, Jatim, Kaltim, Jateng, Jabar, Sumut dan Banten.

“Sudah mulai bosan dengan main kucing kucingan dengan aparat dan juga ada pemikiran kalau bermain ilegal terus ya kapan bisa melebarkan bisnis, dan lingkungannya juga kecil terbataslah gitu,” tandas pria kelahiran Sampang tersebut.

Pada tahun 2019, ia mendirikan PT Al Qurrny Bagas Pratama yang kemudian sekarang berada di Menara Sun Life, Mega Kuningan, Jakarta Selatan.

Perusahaan ini sekarang dikenal luas dalam bidang penempatan pekerja migran yang legal dan terpercaya. “Ilegal itu Bukan kita enggak bisa, cuma buat apa juga kan ya kita kan ingin hidup tenang pak.Karena ilegal ini sama dengan bagi pelakunya orang bisnis narkoba menurut saya illegal,”tegas Halili, CEO PT Al Qurrny Bagas Pratama.

Kini ia tidak hanya mengirim PMI ke negara Malaysia dan Timur Tengah, tapi juga Asia Pacific hingga Eropa Timur seperti di Rumania, Turki dan Polandia.

Kerja kerasnya dalam mengirim PMI ke berbagai penjuru dunia diapresiasi oleh pemerintah. Pada tahun 2023, Halili dianugerahi penghargaan sebagai Pengusaha Penempatan Pekerja Migran Indonesia terbaik 2023 oleh Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziah.

Penghargaan dari Menaker

Halili saat diberikan penghargaan P3MI terbaik 2023 dari Menaker Ida Fauziyah.(Foto:Halili)

Hobi Otomotif Halili

Di balik kesibukannya sebagai pengusaha, Halili memiliki hobi otomotif yang telah digelutinya sejak muda. “Hobi motoran dari masih muda, waktu saya Aliyah itu tuh sudah pernah ikut road race,” ungkapnya. Namun semenjak menjadi pengusaha, Halili melampiaskan hobi motornya dengan touring keliling nusantara.

Ducati Street Fighter 850 cc

Demi menyalurkan hobi otomotifnya, Halili memilih motor merk Ducati. Halili sering melakukan touring menggunakan motor Ducati ke berbagai pulau di Indonesia. Bersama Ducati Street Fighter 850 cc warna merah cabenya, Halili touring dengan komunitas motoris Ducati, mulai dari pulau Jawa hingga Kalimantan. “Ducati pakai tahun dari tahun 2021 ya udah cukup lah ya iya jadi 2021, baru 3 tahun ini,” ujar Halili.

Bukan tanpa alasan Halili memilih motor Ducati. Menurutnya, Ducati punya nilai prestise tersendiri. Tidak banyak pemilik motor Ducati, apalagi di kampung halamannya, Sampang, Madura. “Alasan kenapa saya pilih Ducati karena memang di kampung saya di Sampang sana enggak ada. Iya kalau masih nyari ninja sama apa namanya Kawasaki itu banyak,” tambah Halili.

halili turing

Meskipun disibukkan dengan bisnis Hobi otomotif, tapi ibadah tidak pernah ditinggalkan.(Foto:Halili)

Penggemar Fanatik Mercedes-Benz

Untuk urusan mobil, Halili boleh dibilang adalah seorang penggemar fanatik mobil merk Mercedes-Benz. Sejak tahun 2004, Halili mulai menggunakan mobil buatan Jerman tersebut. Tipe Masterpiece adalah mobil merk Mercy pertama miliknya.

Setelah sembilan kali berganti-ganti mobil dengan tipe Mercy yang berbeda, saat ini Halili punya koleksi dua unit Mercedes-Benz yang menghiasi garasi rumahnya. “Iya kalau Mercedes ini saya dari tahun 2004 sebenarnya udah pakai Mercy ya saya punya dua yang putih hijau ya betul jadi dari 2004 itu sudah pakai Masterpiece. Kalau saya pakai sekarang ini adalah Mercedes yang ke-8 dan juga ke-9,” tandas pria 46 tahun itu.

Mercedes E-Class Cabriolet coupe tahun 2013 warna putih dan Mercedes-Benz E-Class Avantgarde tahun 2017 warna hijau menjadi koleksi favoritnya. Dua Mercy ini yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari bersama keluarga hingga mudik ke kampung halaman di Sampang. “Mobilnya tidak sama seperti apa teman-teman di kampung kan gitu jadi itu sebagai simbol kesuksesan,” jelas Halili. Ia merasa bangga karena bisa mengendarai kendaraan mewah yang menjadi simbol keberhasilannya dalam meraih mimpi dan mengubah nasibnya.

Sosok Family Man yang Religius
Halili family man

Sosok seorang family man.(Foto:Halili)

Mempunyai bisnis dengan skala nasional tentunya membuat Halili sehari-hari disibukkan dengan pekerjaan yang menumpuk. Tapi ia juga merupakan seorang family man  yang selalu menyempatkan diri untuk kumpul bersama keluarga, atau sekedar mengantarkan anak sekolah.

Sebagai bagian dari kultur masyarakat Madura, Halili juga kerap menunjukkan tingkat religiusitas yang tinggi dalam kesehariannya. Seringkali melalui media sosialnya Halili mengajak netizen untuk dapat sholat berjamaah di Masjid.

Kisah Halili adalah bukti nyata bahwa dengan tekad, kerja keras, dan keberanian, siapa pun bisa mencapai kesuksesan. Dari penjual sate, kini ia menjadi seorang pengusaha sukses yang menginspirasi banyak orang.

COMMENTS

WORDPRESS: 0