HomeHEADLINE_NEWS

Harvard Tunda Gelar Mahasiswa Karena Pro-Palestina

LBJ - Lebih dari dua minggu setelah wisuda 2024 di Universitas Harvard, Asmer Asrar Safi dan 12 mahasiswa lainnya masih menunggu gelar mereka. Sit

PKS Menunggu Koalisi Terbentuk Untuk Pendamping Sohibul Iman
Gibran Rakabuming Raka Sumbang Sapi Kurban di Masjid Al-Azhar
Ternyata ini Penyebab Security Plaza Indonesia Pukul Anjing

Asmer Asrar Safi dan Shraddha Joshi dua diantara belasan mahasiswa yang ditunda gelarnya oleh Harvard (IG / @asmerasafi)

LBJ – Lebih dari dua minggu setelah wisuda 2024 di Universitas Harvard, Asmer Asrar Safi dan 12 mahasiswa lainnya masih menunggu gelar mereka. Situasi ini terjadi akibat keterlibatan mereka dalam perkemahan pro-Palestina di kampus pada bulan lalu.

Penundaan Gelar dan Proses Banding

Harvard Corporation melarang mahasiswa tersebut menerima gelar pada upacara wisuda 23 Mei, terkait partisipasi dalam perkemahan protes selama tiga minggu.

Safi, mahasiswa internasional dari Lahore, Pakistan, yang mempelajari studi sosial dan etnis, menunggu keputusan banding. Ia adalah seorang Sarjana Rhodes yang merencanakan studi di Universitas Oxford.

Baca juga: Serangan Israel di Kamp Nuseirat: Tragedi yang Mengundang Kemarahan Dunia

Shraddha Joshi, mahasiswa lain yang mengalami nasib serupa, mengatakan proses banding tidak jelas dan komunikasi dari universitas membingungkan.

Joshi, yang lahir di Texas, berencana melanjutkan studi sosiologi di Inggris, namun masa depannya kini tidak pasti akibat status gelarnya yang tertunda.

Kebebasan Akademis dan Hak untuk Protes

Situasi ini menyoroti debat sengit mengenai kebebasan akademis dan hak protes di Universitas Harvard. Presiden Harvard, Claudine Gay, mengundurkan diri pada Januari setelah menghadapi tekanan dan tuduhan plagiarisme.

Protes pro-Palestina juga terjadi di Universitas Columbia dan lebih dari 30 universitas lainnya di seluruh AS, menuntut divestasi dari perusahaan terkait Israel.

Baca juga: Menteri Retno Marsudi Serukan Solidaritas Internasional Bantu Palestina

Tuntutan dan Respon Universitas

Mahasiswa di Harvard menuntut transparansi investasi dan divestasi dari perusahaan terkait Israel. Setelah negosiasi, perkemahan protes dibubarkan pada 14 Mei, dengan janji universitas untuk memulai proses penerimaan kembali mahasiswa yang terkena “cuti paksa”.

Namun, banyak mahasiswa merasa universitas tidak memenuhi janji tersebut. Joshi, yang berperan sebagai penghubung antara mahasiswa dan administrasi, termasuk di antara lebih dari 20 mahasiswa yang ditempatkan pada “cuti paksa” dan diminta meninggalkan kampus. Ia diberitahu bahwa gelarnya akan ditahan hingga Mei 2025.

Kamp Solidaritas dan Pengorganisasian

Mahasiswa pro-Palestina di Harvard telah mengorganisir berbagai acara advokasi sejak 2020, termasuk kampanye divestasi. Mereka menghadapi banyak tekanan dan pelecehan, yang menurut mereka merupakan bagian dari diskriminasi anti-Palestina dan anti-Muslim yang lebih luas.

Baca juga: Abbas Desak Sidang Darurat PBB Terkait Pembantaian di Gaza

Universitas Harvard menyatakan serius terhadap pelecehan semacam ini dan membentuk Satuan Tugas Kepresidenan untuk Memerangi Islamofobia dan Bias Anti-Arab. Namun, mahasiswa merasa tindakan universitas belum cukup.

Tantangan dan Harapan

Keputusan untuk mendirikan perkemahan di Harvard didorong oleh kebutuhan untuk mengadvokasi hak-hak Palestina, mengikuti jejak protes divestasi dari apartheid Afrika Selatan pada 1980-an. Meskipun protes berakhir dengan damai, mahasiswa merasa universitas menggunakan sanksi disipliner untuk mengintimidasi mereka.***

COMMENTS

WORDPRESS: 0